Senin, 27 Februari 2023 terlihat jalan poros desa Pembantanan tergenang air. Debit air tinggi mencapai hingga setengah meter lebih. Anak-anak sekolah mengangkat rok dan celananya hingga lutut saat beraktivitas di sekolah.
Fauzi, salah satu warga Pembantanan mengatakan bahwa Banjir yang melanda di desanya sering terjadi. “ya, di sini memang langganan banjir bahkan tanpa hujan dengan instensitas lebih tinggi dari biasanya karena kiriman debit air yang tinggi dari hulu dan pasang air dari hilir Sungai Martapura sementara Pembantanan secara geografis relatif memiliki dataran yang rendah di bandingkan dengan tinggi air di sungai. Apalagi hujan, tinggi banjirnya bisa mencapai paha orang dewasa,” ujarnya.
Pembantanan sendiri memiliki luas wilayah kurang lebih sepuluh kilometer persegi. Titik-titik Banjir umum terlihat di jalan poros sepanjang hingga 4 kilometer dan pemukiman warga sekitarannya. “Terbiasa. Tapi ini mengganggu aktivitas harian. Terlebih dengan kondisi banyak jalan yang rusak memperparah kondisi di desa pembantanan,” ungkap salah satu warga. Berdasarakan pantauan di lapangan fasilitas sekolah pula tak luput menjadi sasaran banjir. “Kalau sudah banjir, anak-anak banyak yang terlambat ke sekolah karena sebagian dari mereka tidak semuanya memiliki sabora (perahu-red) ditambah aktivitas pembelajaran menjadi terganggu.” Kata salah satu tenaga pengajar sekolah MIN 11 Pembantanan.
Banjir di desa Pembantanan tidak hanya memberikan dampak pada aktivitas harian warga tapi memberikan efek yang sangat besar pada ekonomi terutama pada masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan pekebun, yang mayoritas menjadi profesi umum bagi warga pembantanan. “beberapa musim terakhir ini gagal panen. Biasanya sekali panen dapat menghasilkan 60 ton, tapi dengan tingginya intensitas banjir kami hanya memanen seperlimanya saja.” Ungkap salah satu petani. tidak hanya masalah padi, sektor perkebunan buah-buahan juga ikut terdampak. “sebelumnya saya punya lima ratus batang jeruk yang sudah siap panen tapi semuanya mati karena tenggelam dalam tiga bulan terakhir.” Salah satu warga yang berbicara sambil membersihkan sisa kebun jeruknya.
"Saat ini kami masih menyiapkan langkah mitigasi bencana yang matang. lebih dari itu kami berharap segera muncul sinergisitas antara pemerintah desa dengan Kabupaten dan struktur Pemerintah Provinsi dan Pusat beserta stakeholder untuk menyikapi masalah Banjir yang telah menjadi momok di desa kami ini karena biar bagaimana pun juga Banjir yang terjadi di sini bukan karena kondisi cuaca yang ekstrim melainkan juga karena faktor geografis sehingga membutuhkan penanganan yang bersifat jangka panjang dan terarah," ungkap harapan Pambakal Desa Pembantanan.
Red_Abdu...